Kamis, 14 Juli 2011

Untuk Maju, Buol Butuh Reformasi Birokrasi

Buol harus melakukan reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi di Kab. Buol penting untuk dilakukan, karena ; pertama, proses pembangunan di kabupaten Buol ke depan hanya dapat berjalan dengan optimal manakala reformasi birokrasi dilakukan. Saya melihat bahwa culture of bureaucracy (budaya birokrasi) di Buol belum cukup baik untuk menopang akselerasi pembangunan daerah.

Minimnya culture of bureaucracy yang baik terlihat dari tingkat integritas, profesionalitas, kedisiplinan, etos dan sikap mental membangun para birokrat di kabupaten Buol yang masih begitu lemah. Padahal, ini menjadi persyaratan kunci bagi terciptanya pemerintahan lokal yang baik dan bersih (clean and good local governance).

Saya kira, bahwa sejak kabupaten Buol dimekarkan (tahun 1999) belum ada kemajuan pembangunan yang cukup signifikan yang dapat di lihat di berbagai sektor kehidupan. Bahkan, bila dibandingkan dengan kabupaten lain yang belakangan dimekarkan, kabupaten Buol terhitung yang paling lambat gerak roda pembangunannya.

Hal ini menurut saya diakibatkan oleh, salah satunya lemahnya culture of bureaucracy yang baik tadi. Di samping tentu soal leadership yang banyak diperbincangkan orang. Sebutlah soal sikap mental membangun. Ketiadaan dalam soal ini, alih-alih hanya berefek pada kurang optimalnya inisiasi dan kesadaran untuk memajukan daerah, malah menumbuh-suburkan KKN. Dan faktanya ini yang terjadi di kabupaten Buol.

Kedua, kebutuhan akan reformasi birokrasi di kabupaten Buol disebabkan oleh tantangan-tantangan kemasadepanan yang kian kompleks dan berat. Sehingga, kiranya dibutuhkan satu culture of bureaucracy baru yang lebih compatimble dalam mengantisipasi tantangan-tantangan tersebut. Saya kira bahwa pembangunan dan proses peningkatan pelayanan publik (public services) di Kabupaten Buol amat membutuhkan culture of bureaucracy baru.

Culture of bureaucracy baru itu berupa kemampuan ; melihat dan memanfaatkan potensi, mengambil inisiatif dan melakukan terobosan (breaktrought), membuat sistem kerja yang sederhana namun efektif dalam melayani masyarakat, visi personal birokrat yang berorientasi kemasadepanan, etos yang berbarengan dengan kedispilinan yang tinggi, serta orientasi kerja yang dibangun di atas dasar pengabdian kepada daerah dan warga masyarakat secara kolektif, bukan personal atau pun komunitas tertentu.
 (Dibuat 10 Juli 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar